Kedewasaan Iman
Kedewasaan Iman
Greetings.. wah udah lama nih gk nulis2, saking banyaknya kerjaan dan lemburan2 dikantor… :D
Guys… pernah ngerasa gak kalo doa kita seperti tidak dijawab Tuhan?
Berbulan2 bahkan bertahun2 kitas sudah minta tapi gak pernah dijawab Tuhan (sepertinya)
Saya mau katakan…. Saya pernah .. bahkan saya katakana Yesus pun pernah … mau bukti ??
Matius 26 : 39, 42, dan 44
Sampai 3 kali Yesus berdoa tapi apa yang Yesus dapat… Ia tetap disalib, tapi ketika Yesus mau berkata ”jadilah kehendakMu” Ia diberikan kekuatan.
Pernahkah kita sadari, kalo kita masih memiliki iman seperti anak kecil. Pada waktu kita minta, kita menuntut Tuhan untuk selalu memberikan apa yang kita ingini, padahal kita tahu Rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, pertolongan Tuhan tepat pada waktunya, dll… kita seringkali menilai berdasarkan pikiran2 kita bukan dengan berserah kepada Tuhan.
Mari kita belajar lebih lagi mengenai kedewasaan iman
1. Dewasa artinya berproses menjadi dewasa.
Kekristenan atau iman Kristen sering digambarkan sebagai sesuatu yang hidup, bertumbuh, berproses atau dinamis, bagaikan manusia yang bertumbuh dari anak-anak menuju dewasa, pohon yang bertumbuh dan berakar serta berbuah, rumah yang sedang dibangun (Kol 2:7), . Sebab itu dalam banyak bagian Alkitab kita menemukan ajakan untuk bertumbuh dan berkembang ini. Jika dibalik, Alkitab menolak iman yang mati, statis atau final. Dalam Efesus 4:12-14 Paulus menggambarkan dengan sangat baik proses pendewasaan atau proses pembangunan kehidupan persekutuan kristiani tersebut:
“untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan Tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran……..tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran kita bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia…..”
Dalam bagian suratnya yang lain Paulus juga menekankan kedewasaan iman tersebut: Ketika aku kanak-kanak, aku berkata seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu…..Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiran. (I Korintus 13:11, 14:20)
Sebab itulah penulis surat Ibrani mengingatkan jemaat agar jangan terus-menerus berkutat di “bab-bab pertama” atau “pelajaran a-b-c-d” iman Kristen untuk melangkah ke tahap yang lebih tinggi. Namun ternyata jemaat belum mampu untuk “naik kelas” dan tetap di kanak-kanak, walaupun menurut ukuran waktu seharusnya mereka bahkan sudah jadi “guru”. Dengarkanlah sindiran Rasul Paulus kepada jemaat-jemaat Ibrani itu:
Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan azas-azas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu, ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (Ibr 5:12-13) Dalam Alkitab sifat kanak-kanak yang dipujikan adalah ketulusan, keikhlasan, dan kegembiraannya. Secara khusus sifat kanak-kanak yang pasrah kepada orangtuanya itu dijadikan simbol iman penyerahan diri yang sejati kepada Allah. Pujian kepada sifat kanak-kanak sebab itu tidak bisa ditafsirkan sebagai pembenaran kepada sifat lugu atau naiv, apalagi anti kepada pemikiran kritis an kreativ. Sebab dalam bagian lain Alkitab, terutama kitab Amsal kita juga enemukan bahwa kemudaan atau kekanak-kanakan justru berkonotasi negatif sebab ianggap sebagai kurang pengalaman dan kurang bijaksana.
2. Dewasa artinya setia
Dalam Ibrani edewasaan dikaitkan dengan kesetiaan (Ibrani 6:4-6) Dengan bahasa sederhana: rang dewasa adalah orang yang setia (= dapat dipercaya, haposan). dan bertanggungjawab. Orang dewasa setia kepada janji, prinsip, tujuan dan imannya. ebaliknya anak-anak belum dapat dituntut agar setia kepada janji, prinsip, ujuan dan imannya. Karena itu kedewasaan bukan soal umur atau “kurun waktu enjadi kristen” namun soal sikap, khususnya sikap setia (konsekwen dan onsisten) terhadap janji, prinsip, tujuan, cita-cita dan iman.
Menarik sekali kata yang dipergunakan dalam bahasa Batak untuk setia adalah haposan (= dapat dipercaya). ebagaimana dikatakan di atas, setia artinya dapat dipercaya. Karena itu orang ewasa artinya orang yang dapat dipercaya. Minimal dapat dipercaya dalam enam al: dalam kata, waktu, tugas, uang, janji, dan cinta/ seksualitas. Ksetiaan mengacu kpada kedewasaan. Jika ada seorang anak sepuluh atau dua belas tahun dapat dipercaya dan diandalkan melakukan banyak hal, kita menganggapnya sudah “dewasa”. Namun sebaliknya, jika ada orang tua yang kata-kata dan perilakunya berubah-ubah dan sulit dipegang, maka kita juga cenderung menganggapnya sebagai kekanak-kanakan.
3. Dewasa artinya bertanggungjawab dan berkarya
Tanah yang menerima air hujan dan humus, seyogianya menjadi tanah yang subur (Ibrani 6:7-8) Orang yang menerima begitu banyak berkat dari Allah, seyogianya menjadi orang yang baik dan berguna bagi sekitarnya. Allah memanggil kita bukan saja untuk percaya kepadaNya tetapi juga berkarya, bersaksi dan turut serta dalam pekerjaanNya (Kis 1:8, Yoh 15:27). Disini kedewasaan diidentikkan dengan tanggungjawab, karya atau kerja. Orang yang beriman dewasa, artinya tidak hanya menikmati karunia-karunia iman itu bagi dirinya sendiri, namun mewujudkan imannya itu dalam karya yang berdampak dan berguna bagi orang lain. “Egoisme” adalah ciri kanak-kanak yang sedang di awal pertumbuhannya. Namun orang dewasa tidak lagi hanya melihat atau berpikir bagi dirinya sendiri, namun juga bagi orang lain: bagi keluarganya, bagi masyarakatnya, bagi dunia. Termasuk juga ketika dia beriman kepada Allah.
Disini kita menemukan suatu gagasan yang sangat penting, bahwa kesalehan, ketenangan dan keteduhan pribadi dalam beragama sangatlah penting, namun bukan segala-galanya
dan bukan tujuan akhir dari kekristenan. Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya kepada Allah, namun mengikut Yesus berkarya, berjuang dan menderita demi kebenaran (I Pet 2:21, Filipi 1:29). Apakah dampak positip atau kegunaan kepercayaan kita kepada Allah itu bagi lingkungan kita, masyarakat, negara dan dunia sekitar kita?
4. Ukuran kedewasaan
Dari penjelasan di atas kita dapat kita dapat merumuskan ukuran atau parameter kedewasaan iman tersebut sedikit-dikitnya 5 (lima) hal:
- mempunyai panca indera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat. (Ibrani 5:14)
- . mampu membedakan hal-hal yang prinsipil dan tidak prinsipil, serta tidak mau terlibat dalam pertengkaran soal-soal sepele (I Kor 3:11)
- . memiliki keteguhan sikap dan keyakinan penuh, serta tidak mudah diombang-ambingkan atau diperdaya. (Kol 4:12, Ef 4:12).
- . tidak mudah terpesona kepada hal-hal yang sensasional, “ajaib” atau “aneh” (I Kor 14)
- Bertanggungjawab dan terlibat dalam kehidupan berjemaat (bersaksi, melayani dan bersekutu)
Kedewasaan Iman lahir karena proses pembentukan Allah, ini tidak dapat terjadi dengan secara instant melainkan secara bertahap. Setiap hari Allah menginginkan iman kita selalu mengalami kehidupan baru sehingga iman semakin tumbuh subur dan kuat didalam kristus. Kita tidak kuat menghadapi tantangan yang berat di depan kita tanpa dengan kedewasaan iman kepada Yesus Kristus. Biarlah kita menjadi pohon yang kokoh dan subur sehingga orang dapat turut merasakan kenyamanan dan kedamaian hidup didekat kita. Iman yang dewasa adalah iman yang menghasilkan buah-buah roh. Kedewasaan iman akan membawa kita berdiri tegak untuk menyambut Yesus Kristus sebagai Tuhan dengan penuh sukacita.
Well… ketika kita percaya dan berkata KehendakMu Jadilah, Tuhan pasti member kita kekuatan dalam menjalani masalah yang kita hadapi... Tuhan Yesus Memberkati