WORDS HAVE POWER
Di dalam suatu penelitian diambil kesimpulan bahwa seorang laki-laki mengeluarkan kurang lebih 9.000 kata di dalam sehari, sedangkan seorang perempuan dapat mengeluarkan 20.000 kata dalam sehari. Dari ribuan kata yang kita ucapkan, baik dalam bentuk kalimat ataupun hanya dalam bentuk frase, apakah semuanya bisa dipertanggung jawabkan?
Di dalam Matius 12: 36-27 YESUS berkata,
Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.
Dilakukan percobaan mengenai air diberi dua kegiatan yang berbeda. Yang pertama manusia memberikan kata-kata umpatan seperti “benci, bodoh, menyebalkan” kemudian air di wadah yang lain diberi kata-kata positif yakni kasih dan cinta. Setelah beberapa lama, kemudian dengan bantuan mikroskop para ahli melihat bahwa air yang diberikan kata-kata cinta maka kristalnya terbentuk menjadi bagus, sedangkan air yang diberikan kata-kata sumpah serapah kristal airnya tidak beraturan.
Ada dua kisah mengenai perkataan kecil yang mungkin tidak dianggap orang ternyata perkataan satu atau dua kalimat dapat berdampak bagi dunia. Pada suatu hari Minggu bertahun-tahun yang lalu, seorang putera altar di dalam gereja Katolik membantu imam dalam perayaan Ekaristi di gereja kecil di desa mereka di Eropa. Karena gugup menjalankan tugas yang baru, putera altar baru itu tanpa sengaja menjatuhkan cawan anggur. Pastor tersebut dengan marah menampar pipi anak itu, dan dengan suara nyaring memerintahkan, “Tinggalkan altar, dan jangan kembali!” Anak itu tumbuh besar dan kemudian dikenal sebagai Joseph Broz Tito, pemimpin Komunis Yugoslavia penganut ateisme yang memerintah selama beberapa dekade dengan kejam. Ini adalah foto Joseph Tito
Di lain
tempat, pada hari Minggu yang lain, seorang putera altar lain membantu dalam
perayaan perjamuan kudus di katedral di sebuah kota besar di Amerika. Tanpa
sengaja juga, dia menjatuhkan cawan anggur. Sang Uskup berbalik dan menatapnya.
Tetapi bukannya memarahi si anak, ia tersenyum dan berbisik lembut, “Suatu
ketika, kamu akan menjadi imam.” Anak itu tumbuh besar, dan akhirnya ia
kemudian dikenal sebagai Uskup Agung Fulton J. Sheen, seorang hamba Tuhan yang
cukup dikagumi.
Kejadian yang mirip, kesalahan yang serupa, tetapi dengan respon yang berbeda
dapat membuahkan hasil yang berbeda pula.Kalau kita refleksikan, kalau kita berkata-kata, baik atau buruk, siapakah pendengar kita? Ingat, diri kita sendiri adalah orang yang pertama kali mendengar perkataan itu (first listener). Kalau perkataan kita baik, itulah yang masuk ke otak kita, kalau perkataan kita yang jelek-jelek, itu pulalah yang kita dengar dan masuk ke dalam otak.
Kita
punya kehendak bebas, perkataan apa yang mau kita ucapkan?
- Complain atau Complement (keluhan atau ucapan syukur)
Mungkin kisah ini sudah sering kita
dengar, mengenai sebuah gelas yang setengah terisi. Ketika ada pertanyaan
mengenai kondisi gelas itu ada yang menjawab “gelas itu setengah kosong”, dan
adapula yang menjawab “ gelas itu setengah terisi”. Gelas kosong terdengar
sebagai complain, dimana manusia melihat kekurangannya saja. Sedangkan orang
yang melihat gelas itu setengah terisi melihat kebaikan dari sesuatu kejadian.
Contoh lain di dalam alkitab adalah
kisah perumpamaan YESUS mengenai janda yang memberikan dua uang logam tembaga.
Pemberian janda itu pastinya dengan ucapan syukur, bukan dengan keluhan. Selain
itu juga kisah Ayub yang senantiasa bersyukur dan tidak mengutuki TUHAN walau
dalam keadaan yang paling bawah.
Kadang timbul pertanyaan dalam benak
hati kita, mengapa kita sulit mengucap syukur kepada TUHAN? Mengapa justru
hanya komplain yang keluar dari mulut kita? Saya tidak tahu sejak pagi hingga
saat ini ini sudah berapa kali anda komplain? Mari kita lihat suatu komplain
yang dilakukan oleh isteri Ayub, baca Ayub 2:9-10 “Istrinya berkata
kepadanya, “Mana bisa engkau masih tetap setia kepada Allah? Ayo, kutukilah
Dia, lalu matilah!” Jawab Ayub, “Kaubicara seperti orang dungu! Masakan
kita hanya mau menerima apa yang baik dari Allah, sedangkan yang tidak baik
kita tolak?” Jadi, meskipun Ayub mengalami segala musibah itu, ia
tidak mengucapkan kata-kata yang melawan ALLAH.
- Correct atau Critize (memperbaiki atau selalu mengkritisi setiap hal)
Kecenderungan manusia adalah ketika
melihat masalah yang bisa dilakukan adalah kritik. Kalau kita lihat di
kotak-kotak di pusat perbelanjaan yang ada adalah “Kotak kritik dan saran”,
atau ada juga “Kotak saran”, belum pernah saya menjumpai “kotak kritik”.
Mengapa demikian ? Karena kritik artinya adalah kita mengkritisi sesuatu dengan
negatif, hanya memberitahukan yang jelek-jelek. Kalau fokus kita memberitahukan
yang jelek-jelek saya kepada orang lain, maka orang dapat merasakan negatifnya
saja tanpa ada unsur membangun. Yang diperlukan di dalam perbaikan adalah
kritik yang diikuti dengan saran-saran yang membangun.
Di dalam Alkitab ada kisah muzijat
YESUS yang pertama yaitu mengubah air menjadi anggur di Kota Kana. Ketika
anggur habis dan para pelayan melapor, Ibu Maria tidak mengkritisi kondisi
pesta yang kekurangan anggur tetapi meminta YESUS berbuat sesuatu dan kemudian
Ibu Maria memberikan saran kepada pelayan untuk mengikuti apa yang Yesus
katakan.
- Ridicule atau refresh (perkataan yang merendahkan orang lain atau yang menyegarkan)
Sekarang ini kata verbal bullying
atau merendahkan martabat orang dengan menggunakan kata-kata marak terjadi,
bukan hanya di dunia anak-anak atau remaja tetap juga dari orang tua ke anak.
Mungkin bukan saat ini baru terjadi, tetapi sudah sejak lama namun di masa lalu
kita menganggap itu sesuatu yang biasa, baru saat ini ketika dunia tumbuh
kembang anak sudah semakin modern baru disadari bahwa kekerasan verbal di dalam
keluarga khususnya harus dijauhi.
Ketika ada seorang perempuan yang
kedapatan berzinah hendak dilempari batu, pasti orang disekitarnya
berteriak-teriak menghina perempuan tersebut dan hendak melemparkan batu ,
merajam perempuan itu. Namun apa yang dikatakan YESUS? Ya sesuatu yang sangat
menyegarkan “Barangsiapa yang tidak memiliki dosa , boleh melempar batu yang
pertama, lalu semua orang itu mundur teratur dan kemudian Yesus menghampiri
wanita dan berkata. Pulang dan jangan berbuat dosa lagi”. Bayangkan
apabila kita adalah si wanita itu, akankah kita berbuat dosa lagi setelah
mendengar kata-kata yang begitu menyegarkan.
Periksa diri kita, apakah kata-kata
yang keluar dari mulut kita didominasi oleh kata-kata kutuk ataukah kata-kata
yang membawa berkat bagi orang yang mendengarkan.
- Chitchat about good or gossip about garbage (obrolan mengenai hal-hal baik atau sekedar gossip sampah)
Tong Kosong nyaring bunyinya kalau
diterjemahkan bisa juga berarti bahwa orang yang otaknya kosong banyak bicara
hal-hal yang kosong, atau bahasa sekarangnya adalah “kepo”. Mau tau saja urusan
orang lain, menggosip ria.
Dahulu gosip identik dengan para
wanita, tetapi saat ini banyak kaum pria yang tidak kalah bawel dengan kaum
wanita dan didaulat menjadi pembawa acara berita gosip atau infotainment di
televisi, entah itu laki-laki normal ataupun “laki-laki jadi-jadian.”
Biasanya orang yang bergosip adalah
orang-orang yang tidak memiliki cukup hal berarti untuk dipikirkan dan
dibicarakan dengan orang lain, sehingga mencari bahan mudah yang gampang
diterima yakni gosip, bersekutu menjelek-jelekkan orang lain. Gosip itu bisa masuk
kategori fitnah. Gosip didaftar bersamaan dengan dosa terkeji yang pernah ada.
Dengarkan Paulus mengurutkan dosa yang memuakan: “penuh dengan rupa-rupa
kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki,
pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat,
pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam
kejahatan, tidak taat kepada orang tua” (Roma 1:29,30)
Ada
hal-hal negatif yang disebabkan oleh gossip, antara lain menyebabkan perselisihan,
menghasut kemarahan, merusak persahabatan.
Daripada
sekedar bicara pepesan kosong,menjelek-jelekkan orang lain lebih baik
membicarakan yang lebih bermutu yang bisa membangun orang lain dan diri kita
menjadi lebih baik. “Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah
engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut” (Amsal 20:19).
Maka sekarang, mari jaga ucapan kita, mengucapkan hal-hal baik
supaya ucapan kita menjadi berkat bagi orang lain dan mendatangkan kebaikan
bagi diri kita sendiri, keluarga kita dan orang-orang disekitar kita. Salomo
menulis, “Hidup dan mati dikuasai lidah siapa suka menggemakannya, akan
memakan buahnya” (Amsal 18:21).
“Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan
renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku” (Mzm 19:14)
“Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!”
(Mzm 141:3)
Sumber : www.theway.or.id