Kesalahpahaman terhadap Istilah-istilah Alkitab
Dalam Topik kali ini kita akan melihat dari dekat beberapa
terminologi Alkitab yang dapat dengan mudah disalahpahami jika tidak membacanya
melalui perspektif Akad Baru. Banyak dari ayat-ayat ini, terutama dari
surat-surat Rasul Yohanes, telah digunakan sebagai cambuk untuk menjatuhkan
gereja kembali kepada kepatuhan Hukum Taurat Akad Lama. Suatu pemahaman yang
baik mengenai rahmat dan keadilan akan pergi membersihkan kabut di sekitar
topik-topik diskusi ini, seperti istilah "persekutuan", "berlatih
kebenaran", "melakukan dosa" atau "pelanggaran hukum",
dll. Perhatian penuh dan konsentrasi berkepanjangan sangat disarankan untuk
yang satu ini.
Persekutuan
Umumnya dipercayai bahwa setiap kali seorang
beriman mengacau dalam hal perilaku moral, mereka keluar dari persekutuan
dengan Allah dan bahwa mereka perlu mengakui dosa mereka untuk memulihkan
"persekutuan" tersebut. Namun bila dilihat dari perspektif ini maka
istilah "persekutuan" (yang lebih dikenal sebagai "bersekutu
dengan Allah" (Ingg: “fellowshipping with God”) di kalangan Pantekosta)
akan mengacu pada perasaan keintiman yang datang dan pergi tergantung pada
kemampuan kita untuk melakukan yang terbaik. Ini bukan apa yang Alkitab
katakan, sebenarnya bahkan tidak satu kalipun di seluruh Perjanjian Baru kata "persekutuan"
dijelaskan dengan cara ini, terutama ketika berkaitan dengan hubungan kita
dengan Tuhan. Istilah "bersekutu dengan Allah" (Ingg: “fellowshipping
with God”) bahkan tidak digunakan satu kali pun dalam seluruh Alkitab. Ini
adalah ungkapan yang telah disulap oleh orang-orang untuk merujuk ke waktu
tenang mereka sendiri dengan Allah, dan melalui beberapa dekade terakhir telah
dipelintir oleh para legalis untuk membuat orang percaya merasa bersalah dan
berada dalam posisi tertuduh "keluar dari persekutuan" dengan Allah
jika mereka tidak mengalokasikan sejumlah waktu per minggu untuk berdoa dan
mempelajari Alkitab. Sebaliknya, berikut adalah beberapa contoh bagaimana kata
"persekutuan" telah digunakan dalam istilah Alkitab:
… Sebab persamaan (NKJV: persekutuan)
apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang
dapat bersatu dengan gelap (NKJV: persekutuan apa yang dimiliki terang
dengan gelap)? Persamaan
apakah yang terdapat
antara Kristus dan
Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan
orang-orang tak percaya? (2 Kor 6:14, penjelasan penerjemahan ditambahkan).
Perhatikan bagaimana entitas yang bertentangan
dikontraskan satu sama lain: kebenaran vs kejahatan, cahaya vs kegelapan,
Kristus (yang diurapi) vs Belial (yang tidak berharga) dan orang percaya vs
tidak percaya. Dikatakan bahwa yang berlawanan tersebut tidak bisa memiliki
persekutuan satu sama lain, yang berarti mereka tidak kompatibel. Sama seperti
Kristus tidak dapat memiliki persekutuan dengan Iblis, dengan cara yang sama
seorang percaya tidak untuk dipertimbangkan dengan ukuran yang sama sebagai
orang kafir. Karena itu jika seseorang berada di luar dari persekutuan dengan
Kristus itu berarti bahwa mereka belum dilahirkan kembali dan mereka jatuh di
bawah kategori yang sama dengan kegelapan, setan dan pelanggaran hukum dalam
ayat di atas.
Allah, yang memanggil kamu kepada
persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia. (1 Kor
1:9) ≈ Allah dapat dipercayai sepenuhnya. Ialah Allah yang sudah memanggil
kalian untuk menjadi satu dengan Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. (1
Kor 1:9, BIS)
Kita dulu dipanggil ke dalam persekutuan dan karena
itu ketika kita menaruh iman kita dalam Kristus kita sekarang berada dalam
persekutuan itu.
Jika kita katakan, bahwa kita
beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita
berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. (1 Yoh 1:6) ≈ Kalau kita berkata
bahwa kita hidup bersatu dengan Dia, padahal kita hidup dalam kegelapan, maka
kita berdusta baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. (1 Yoh 1:6, BIS)
Ayat ini menyatakan sungguh sangat jelas bahwa
Rasul Yohanes berbicara tentang posisi kita dalam Kristus, bukan perilaku kita.
Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita memiliki persekutuan dengan Tuhan (dengan
kata lain bahwa kita telah dilahirkan kembali) jika kita berjalan dalam
kegelapan (yang berarti kita belum benar-benar dilahirkan kembali), karena
dengan begitu kita akan berbohong. Dalam bahasa Indonesia sederhana: Anda tidak
bisa mengatakan Anda adalah seorang Kristen jika Anda belum dilahirkan
kembali!!
Melakukan
Kebenaran / Hidup di dalam Kegelapan
Sekarang tentu saja orang-orang pesimis atau
legalis akan berkata, "Ya, tetapi bagaimana dengan bagian dalam ayat sebelumnya
yang mengatakan "hidup (Ingg: ’walk’ =berjalan) dalam kegelapan" dan
"melakukan kebenaran?" Jawabannya sederhana: sekali lagi ini tidak
mengacu kepada karya kebenaran kita sendiri, bahkan itu tidak ada hubungannya
dengan perilaku kita. Terminologi yang digunakan oleh Rasul Yohanes untuk
keberadaan telah dilahirkan kembali adalah "melakukan / mempraktekkan /
berbuat kebenaran" atau "hidup (Ingg: ’walk’ =berjalan) di dalam
terang" (kita akan berurusan dengan "berjalan di dalam terang"
sedikit lagi).
Jikalau kamu tahu, bahwa Ia
adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran,
lahir dari pada-Nya. (1 Yoh 2:29)
Kita tahu pasti bahwa setiap orang percaya di
planet ini membuat kesalahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu sudah jelas bahwa ayat di atas tidak dapat
mengacu pada perilaku kita, karena hal ini akan berarti bahwa siapa pun yang
membuat kesalahan tidak lahir dari Allah.
Sebaliknya, ketika John berbicara tentang
orang-orang yang "berbuat dosa" atau yang "melakukan
kejahatan" atau "berjalan dalam kegelapan" ia mengacu pada
orang-orang yang belum diselamatkan. Prinsip ini tetap konsisten sepanjang 3
dari surat-surat Yohanes. Namun ayat-ayat ini terutama telah dibaca melalui
sudut pandang legalistik, yang menyebabkan banyak kebingungan dalam tubuh
Kristus.
Melakukan
Dosa atau Pelanggaran Hukum
Contoh lain yang bersinar adalah 1 Yohanes 3:4-9:
Setiap orang yang berbuat dosa,
melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah. Dan kamu
tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan
di dalam Dia tidak ada dosa. (1 Yoh 3:4)
Sekali lagi Yohanes mengacu pada orang yang belum
diselamatkan di sini. Setiap kali Perjanjian Baru mengacu tentang mereka yang
"berbuat dosa" atau "melakukan kejahatan" itu tidak
memiliki arti yang sama seperti di bawah Perjanjian Lama ketika orang masih
dihakimi menurut hukum Taurat. Satu-satunya dosa dalam Wasiat Baru adalah tidak
percaya kepada Yesus, sebagaimana kita juga melihat sebelumnya ketika kita
berbicara tentang "Dosa yang Tak Terampuni".
Ayat 5
(atas) menggambarkan jawaban Tuhan atas masalah umat manusia tentang
dosa - Dia telah menanggalkan dosa kita dan menempatkan kita dalam Kristus di mana
kita sekarang benar-benar diampuni dan terlihat seolah-olah kita belum pernah
melakukan dosa satupun! Bacalah ayat 5 lagi dalam konteks ini. Apakah terbit
cahaya bahwa Yohanes tidak berbicara tentang perilaku kita dalam surat ini?
Karena itu setiap orang yang tetap berada (NKJV:
tinggal) di dalam Dia (BIS: Semua orang yang hidup bersatu dengan Kristus),
tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat
dan tidak mengenal Dia. (1 Yoh 3:6) Catatan penerjemah: tidak ada kedua kata
‘tetap’ dalam NKJV.
Ayat ini menyebutkan konsep
"simpang-siur" lainnya, yaitu "berada” atau “tinggal" di
dalam Dia. Benar-benar sangat sederhana untuk membuktikan bahwa ini juga
mengacu kepada keberadaan diselamatkan dan bukanlah kepada usaha kita sendiri
untuk mempertahankan performa yang baik dengan Tuhan. Cukup lakukan saja
pencarian untuk kata "tinggal" (Ingg: abide) pada setiap program
perangkat lunak Alkitab dan pelajarilah hasilnya.
Ayat ini lebih lanjut mengatakan bahwa barangsiapa
yang berbuat dosa "belum melihat Tuhan atau tidak mengenal Allah",
yang berarti tidak memiliki hubungan dengan-Nya. Banyak (jika tidak semua)
orang Kristen yang tulus yang memiliki hubungan intim dengan Allah selama puluhan
tahun masih membuat kesalahan setiap hari dalam hidup mereka meskipun mereka
berupaya yang terbaik. Jika ayat ini berarti bahwa mereka didiskualifikasi dari
hubungan mereka dengan Tuhan jika mereka melakukan dosa bahkan sekali saja
(karena tidak mengatakan "berbuat dosa seratus kali" atau
"berbuat dosa empat kali per hari "), ini akan menghasilkan jumlah
tidak ada satu pun di seluruh planet yang mampu mempertahankan hubungan yang
stabil dengan Allah. Karena itu jelaslah ini bukan konteks ayat ini. Marilah
kita lihat pada tiga ayat berikutnya:
7Anak-anakku,
janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat
kebenaran [yang artinya diselamatkan] adalah benar, sama seperti Kristus
[Tuhan] adalah benar; 8barangsiapa
yang tetap berbuat dosa [seorang yang tidak percaya], berasal dari Iblis, sebab
Iblis berbuat dosa dari
mulanya. Untuk inilah
Anak Allah menyatakan
diri-Nya, yaitu supaya
Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. 9Setiap orang
yang lahir dari Allah [orang percaya], tidak berbuat dosa lagi; sebab benih
ilahi [benih Allah] tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa,
karena ia lahir dari Allah. (1 Yoh 3:7-9, penjelasan ditambahkan)
Kuncinya di sini adalah ayat 9. Bagaimana mungkin
bahwa seorang percaya tidak dapat berbuat dosa jika kita terlalu sadar berapa
banyak kesalahan yang kita buat? Hanya karena Yohanes tidak sedang berbicara
tentang perilaku kita! Ia masih menggunakan terminologi yang sama
untuk membedakan antara yang diselamatkan atau tidak. Bacalah ayat 7
- 9 lagi dan biarkanlah itu meresap. Dalam ayat 8, jika Yohanes mengartikan
bahwa siapa saja yang melakukan suatu perbuatan dosa adalah dari setan, itu
akan berarti bahwa semua orang Kristen dari iblis. Jelas ini bukanlah apa yang ia
maksudkan.
Ada dua alasan utama mengapa orang Kristen tidak
bisa disebut "orang berdosa" lagi, yang pertama karena mereka tidak
lagi di bawah Hukum Taurat Akad Lama. Dan karena tidak ada lagi hukum untuk
dilanggar (dan dosa didefinisikan sebagai melanggar hukum Taurat) akibatnya
kesalahan mereka tidak bisa lagi disebut "berbuat dosa".
..tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ
tidak ada juga pelanggaran. (Rm 4:15b)
Kedua, setiap orang di planet ini termasuk dalam
salah satu dari dua kategori: mereka adalah orang berdosa atau orang kudus.
Tidak satu kali pun di seluruh Alkitab disebutkan suatu posisi
"netral" di suatu tempat di tengah-tengah. Kita hanya punya salah satu:
Allah sebagai Bapa kita, atau iblis. Jadi seseorang adalah salah satu
saja, seorang suci
atau seorang berdosa. Seorang Kristen
tidak bisa merupakan seorang berdosa.
Mempraktekkan
Pelanggaran hukum atau Ketidakbenaran
Pada dasarnya Yesus menggunakan terminologi yang
persis sama dalam Matius 7:15 ketika Ia memperingatkan tentang nabi-nabi palsu
yang akan datang dengan berbulu domba. Namun apa yang kebanyakan orang lewatkan
adalah bahwa pada ayat 21, Dia masih berbicara tentang orang-orang yang sama
ini. Kita akan melihat seluruh teks di sini jadi orang-orang skeptis juga dapat
melihatnya sendiri:
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang
datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya (NKJV: di
dalam hati) mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah
ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang
baik, sedang pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang
tidak baik. Tidak
mungkin pohon yang
baik itu menghasilkan buah yang
tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan
setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang
ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (Mat 7:15-20,
penjelasan penerjemahan ditambahkan)
Ayat-ayat ini terkait secara khusus dengan fakta
bahwa orang yang tidak percaya tidak dapat memanifestasikan buah Roh Kudus
karena ia tidak memiliki Roh yang tinggal di dalamnya. Mereka dapat bertindak
baik atau berperilaku dalam cara yang sangat bermoral, tetapi hati mereka masih
tetap jahat dan berdosa, karenanya Yesus mengatakan mereka adalah
"serigala buas" di dalam.
Juga, karena Yesus adalah pohon kehidupan dan pohon
anggur yang baik, Dia tidak bisa menghasilkan buah yang buruk. Ini berarti
bahwa kita sebagai orang-orang percaya adalah buah yang baik yang Dia hasilkan
karena hidup-Nya diciptakan kembali di dalam kita. Allah Bapa telah menabur
Anak-Nya sendiri dan menuai sangat banyak anak-anak.
Sekarang perhatikan bahwa dalam ayat-ayat
selanjutnya Yesus masih berbicara tentang orang-orang yang sama ini (nabi-nabi
palsu dan kafir): Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan (NKJV: yang mempraktekkan pelanggaran hukum)!" (Mat
7:21-23, penjelasan penerjemahan ditambahkan)
Dalam ayat 21 Yesus mengatakan bahwa "siapapun
yang melakukan kehendak Bapa" akan masuk kerajaan surga. Sekarang
bertahanlah di sana untuk paragraf berikutnya, mungkin tampak terputus-putus,
tapi kita akan menyimpulkan semuanya di akhir.
Dalam Injil Yohanes, Yesus juga mengatakan sebagai
berikut:
Jawab Yesus: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak
dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah
daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran,
karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (Yoh 3:5-7) ≈ Yesus
menjawab, "Sungguh benar kata-Ku ini: kalau orang tidak dilahirkan dari
air dan dari Roh Allah, orang itu tak dapat menjadi anggota umat Allah. Manusia
secara jasmani dilahirkan oleh orang tua, tetapi secara rohani dilahirkan oleh
Roh Allah. Jangan heran kalau Aku mengatakan: kamu semua harus dilahirkan
kembali. (Yoh 3:5-7 BIS)
Di sini Yesus mengacu pada dua kelahiran yang
berbeda (alamiah dan spiritual) dari setiap manusia yang memasuki Kerajaan
Sorga - pertama mereka dilahirkan dari air rahim ibu mereka (Dia tidak
berbicara tentang baptisan air, karena dalam ayat 6 Dia secara khusus berbicara
tentang dilahirkan dari "daging" yang artinya dilahirkan ke dunia
ini) dan kedua mereka dilahirkan dari roh, lebih dikenal sebagai sebagai
"dilahirkan kembali". Sekarang apa yang Alkitab ajarkan kepada kita
tentang bagaimana dilahirkan kembali?
… Sebab jika kamu mengaku dengan
mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa
Allah telah membangkitkan
Dia dari antara
orang mati, maka
kamu akan diselamatkan. Karena
dengan hati orang percaya dan dibenarkan (BIS: sehingga Allah menerima dia
sebagai orang yang berbaik dengan Allah), dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan. (Rom 10:9-10)
Sekali lagi akan "nampak" seolah-olah
kita memiliki kontradiksi: Dalam Matius 7:21 Yesus berkata bahwa siapa pun
melakukan kehendak Bapa akan masuk kerajaan surga, tetapi dari Yohanes 3:5 dan
Roma 10:9-10 kita bisa menyimpulkan bahwa setiap orang yang percaya kepada
Yesus akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Ayat berikut ini menyorot tentang apa artinya
"melakukan" kehendak Bapa dan "mengerjakan" pekerjaan-
pekerjaan Allah:
Jawab Yesus kepada mereka:
"Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya
kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 6:29)
Seperti sebelumnya kita melihat bahwa
ungkapan-ungkapan ini, meskipun mereka tampaknya menyiratkan bahwa kita harus
melakukan beberapa tindakan eksternal atau bekerja, sebenarnya mengacu pada
tindakan iman, menempatkan kepercayaan kita dalam Yesus Kristus. Inilah arti
dari melakukan kehendak Bapa.
Kemudian dalam Matius 07:23 Yesus mengatakan kepada
mereka yang "pembuat kejahatan (Ingg: practice lawlessness = melakukan
pelanggaran hukum)" untuk pergi dari-Nya, itu sedang mengacu pada yang
belum diselamatkan lagi, sama seperti kita sebelumnya melihat yang Yohanes
lakukan dalam surat-suratnya. Yesus juga mengatakan kepada mereka "Aku
tidak pernah mengenal engkau". Bisakah itu lebih jelas bahwa sebenarnya
Dia merujuk pada orang-orang kafir (tidak percaya)? Melakukan pelanggaran hukum
disini bukan berarti melanggar 10 Perintah Allah: itu berarti tidak
diselamatkan.
Mematuhi
Perintah-perintah
Mari kita memalu paku lain ke peti mati dan
membuktikan kepada para legalis betapa penuhnya kasih karunia Allah yang telah
tersedia bagi ketidakcukupan-ketidakcukupan manusia alamiah kita. Mari kita
mencoba memahami yang satu ini bersama-sama. Mengingat semua yang baru saja
kita pelajari tentang orang-orang yang "melakukan kebenaran" dan
sebelumnya juga tentang orang-orang yang "berbuat dosa", jelaslah
bahwa Yohanes juga bisa saja berbicara tentang sesuatu yang lain daripada
mematuhi 10 Perintah ketika ia mengatakan bahwa kita perlu "menuruti
perintah-perintah Allah". Ini sebenarnya adalah satu ayat yang sangat favorit
oleh mereka yang masih memberitakan bahwa kita harus hidup sesuai dengan Hukum
Taurat Akad Lama. Mari kita lihat dan amati apa yang benar-benar Yohanes
maksudkan:
Dan inilah tandanya, bahwa kita
mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa
berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah
seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. (1 Yoh 2:3-4)
Beberapa ayat lain menyatakan pokok yang sama dan
juga menyebutkan pokok sebelumnya "tinggal di dalam Dia":
Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam
di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa
Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita. (1 Yoh
3:24) ≈ Semua orang yang taat kepada perintah-perintah Allah, hidup bersatu
dengan Allah, dan Allah bersatu dengan mereka. Dan kita tahu bahwa Allah hidup
bersatu dengan kita, karena Ia sudah memberikan Roh-Nya kepada kita. (1 Yoh
3:24 BIS)
Dari surat Paulus kepada jemaat Efesus kita tahu
bahwa setiap orang percaya menerima dan dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai
jaminan bahwa mereka memang telah diselamatkan:
Di dalam Dia kamu juga —
karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu
— di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus
itu adalah jaminan bagian (NKJV: warisan) kita sampai kita memperoleh
seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji
kemuliaan- Nya. (Ef 1:13-14, penjelasan penerjemahan ditambahkan)
Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa
orang-orang percaya menerima Roh Kudus sebagai jaminan setelah mereka
dilahirkan kembali dan karena Dia telah dimeteraikan di dalam mereka secara
alamiah Dia juga akan "tinggal" dengan mereka dan mereka tinggal
dengan-Nya. Sekarang dalam konteks ini, bacalah 1 Yohanes 3:24 (di atas) sekali
lagi. Dengan jelas Yohanes mengatakan bahwa siapapun yang memiliki Roh Kudus
(seorang beriman), orang tersebut juga menaati perintah-perintah Allah. Apa
"perintah" yang dia bicarakan?
Dan inilah perintah-Nya itu:
supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling
mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. (1 Yoh
3:23)
Ketika sifat dan karakter dari pribadi Roh Kudus
tinggal dalam diri seseorang, hasil alamiahnya adalah bahwa mereka akan mulai
berubah dalam perilaku lahiriah mereka. Orang-orang akan mulai melihat suatu
perbedaan dalam cara mereka hidup. Itu tidak bisa terjadi dalam arah yang
sebaliknya - tidak pernah bisa melalui perbuatan baik orang, mereka diubahkan
di dalam - mereka harus menerima Roh Kudus terlebih dahulu. Ini persisnya apa
yang Rasul Yohanes bicarakan: Ketika kita percaya pada Tuhan dan dilahirkan
kembali, kita akan mengasihi satu dengan yang lain lebih dan lebih lagi itu
sebagai buah Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita. Dengan demikian
mematuhi perintah-perintah Allah dalam Akad Baru berarti percaya kepada Yesus.
Berjalan
(Hidup) di dalam Terang
Tetapi jika kita hidup di dalam
terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan
seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari
pada segala dosa. (1 Yoh 1:7) ≈ Tetapi kalau kita hidup di dalam terang
sebagaimana Allah ada di dalam terang, maka kita hidup erat, rukun satu sama
lain, dan darah Yesus, Anak-Nya, membersihkan kita dari segala dosa. (1 Yoh 1:7
BIS)
Sekilas, ayat ini tampaknya mengatakan bahwa selama
kita giat menjalankan ‘hasil dari tawar-menawar’ kita, darah Yesus akan
membersihkan kita dari dosa kita. Namun untuk berjalan dalam terang sebagaimana
Allah ada di dalam terang sebenarnya merupakan hasil dari Tuhan memberikan kita
kebenaran-Nya – sekali lagi Yohanes di sini berbicara tentang posisi kita yang
aman di dalam Kristus, bukan perilaku kita. Posisi kita dalam Kristus telah
dijamin selama-lamanya pada hari kita menaruh iman kita kepada Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sejak hari itu kita "berjalan di dalam
terang".
Sekarang beberapa orang mungkin bertanya:
"Apakah terang itu?" Dalam Yohanes 8:12 Yesus berkata
"Akulah terang dunia", karena itu kita
dapat menyimpulkan bahwa Yesus adalah terang. Ketika kita dilahirkan kembali kita ditempatkan di dalam Kristus (1
Korintus 1:30, Efesus 2:10) dan oleh karena itu kita berada di dalam terang.
Tetapi karena kita berada dalam terang, kita juga menjadi terang:
Memang dahulu kamu adalah
kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu
hiduplah sebagai anak-anak terang, (Ef 5:8, penekanan ditambahkan)
Yesus juga mengatakan bahwa kita adalah terang
dunia:
Kamu adalah terang dunia. Kota
yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (Mat 5:14)
Seperti Dia dulu (dan sekarang masih) adalah
terang, demikianlah kita juga telah menjadi seperti Dia:
... karena sama seperti Dia,
[(NKJV) demikianlah] kita juga ada di dalam dunia ini. (1 Yoh 4:17b, penjelasan
penerjemahan ditambahkan)
Sebagian besar argumen yang menentang pesan kasih
karunia diambil dari ketiga surat Yohanes. Kebanyakan legalis yang membaca
kitab-kitab ini melihatnya sebagai satu set instruksi yang memberitahukan kita
apa yang harus kita lakukan, bukannya membacanya dalam konteks yang benar
(seperti yang telah kita bahas sebelumnya): Surat-surat Yohanes ditulis Yohanes
kepada "anak-anak kecil"- nya yang baru saja keluar dari bawah ajaran
palsu Gnostik. Yohanes sama sekali tidak bermaksud mencoba mengatakan pada
mereka untuk "LAKUKAN INI!" atau "LAKUKAN ITU!" Sebaliknya
ia sedang menyatakan kepada mereka betapa amannya mereka yang berada di dalam
Kristus, dengan meyakinkan mereka tentang keselamatan kekal mereka.
1 Yohanes 1:7 (di atas) mengatakan darah itu
membersihkan setiap dosa dan kepada setiap orang percaya yang bisa berpikir itu
seharusnya memang berarti persis apa yang dikatakannya: setiap dosa. Dalam
bahasa Yunani asli kata yang digunakan untuk "membersihkan" adalah
katharizo. Ini secara harfiah berarti "terus- menerus membersihkan".
Jadi jika kita membuat kesalahan, darah itu menghapusnya sepenuhnya dan ini
terjadi siang dan malam tanpa henti. Juga jika kita percaya kita bisa
"berjalan di dalam terang" berdasarkan pada ketaatan kita sendiri,
lalu mengapa kita membutuhkan darah itu untuk terus-menerus membersihkan kita?
Karena sekarang kita sendiri yang melakukan itu semua!? Tidak, kita berjalan
dalam terang karena kita telah diberi kebenaran Allah sebagai suatu pemberian
gratis. Berikut ini adalah lebih banyak ayat-ayat lagi untuk menjelaskan hal
ini:
Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi
sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. (Ef
5:8a, penekanan ditambahkan)
Ini mengatakan bahwa dulu kita terhilang (dalam
kegelapan), tetapi sekarang kita telah dilahirkan kembali
(kita telah menjadi cahaya).
Dan kota itu tidak memerlukan
matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan
Anak Domba itu adalah lampunya. Dan bangsa-bangsa [(NKJV) yang
diselamatkan] akan berjalan di dalam
cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya; (Why
21:23-24, koreksi penerjemahan dan penekanan ditambahkan)
Ayat-ayat ini mengatakan bahwa mereka yang telah
diselamatkan akan berjalan dalam terang. Sekali lagi "berjalan dalam
terang" menunjuk pada posisi aman orang percaya dalam Kristus dan tidak
untuk beberapa hal fisik yang seharusnya mereka lakukan.
Ya, bila kita melihat perilaku kita kita akan
melihat dengan jelas bahwa kita membuat kesalahan setiap hari dan bahwa kita
tidak selalu berjalan dalam terang dalam tindakan kita, tapi itu karena pikiran
kita belum sepenuhnya diperbarui. Sampai hari kita pergi untuk tinggal bersama
Tuhan akan selalu ada beberapa daerah dalam hidup kita yang kita akan perlu
tundukkan kepada otoritas Allah, apakah itu pola pikir, kebiasaan, atau apa
pun. Intinya adalah bahwa kita tidak melakukan "perilaku yang benar"
dalam rangka memperoleh perkenanan Allah, tapi itu terjadi secara spontan sebagai
hasil dari kita semakin jatuh cinta dengan Yesus dan menjadi lebih dan lebih
sadar betapa ajaibnya kita telah diselamatkan.
Selama seluruh waktu yang kita habiskan di bumi,
kita akan selalu mampu meningkatkan perilaku eksternal kita dan membawanya
semakin sesuai dengan posisi sempurna kita di dalam Kristus. Tapi sampai kita
menerima tubuh kemuliaan, Allah sudah
menyediakan lebih dari cukup kasih
karunia untuk menutupi kesalahan yang bisa kita buat
sepanjang jalan. Tidak ada yang salah dengan menjalani kehidupan yang bermoral,
tapi kita seharusnya tidak menggunakan kemampuan kita untuk hidup secara etis
sebagai ukuran atau standar hubungan kita dengan Tuhan.