APAKAH KITA MENDAPAT BAGIAN DALAM JANJI BAPA


Alkitab berbicara beberapa kali tentang orang-orang percaya menjadi ahli waris Allah, atau tentang mereka memiliki warisan.

Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. (Rom 8:17)

…dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan (NKJV: warisan) untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. (Kol 1:12, penjelasan penerjemahan ditambahkan)

Sekarang secara logis bahwa dalam rangka kita menjadi ahli-ahli waris Allah, Dia harus memiliki suatu wasiat yang menentukan bahwa kita memang akan mewarisi dari-Nya. Alkitab memiliki dua Wasiat, yaitu Wasiat Lama dan Wasiat Baru. Kedua kata Ibrani dan Yunani yang digunakan untuk satu kata yang berarti akad” dalam Alkitab (Terjemahan Baru LAI untuk covenant menggunakan kata "perjanjian", Penerj.) juga dapat diterjemahkan sebagai "wasiat" (Terjemahan Lama LAI untuk  testament menggunakan kata ini, Penerj.). Setiap kali konteksnya mengenai hubungan, kata itu diterjemahkan sebagai "akad". Setiap kali konteksnya adalah tentang warisan, kata itu diterjemahkan sebagai "wasiat":

G1242 διαθήκη dee athay' -kay  
Dari G1303, suatu disposisi (pembagian harta warisan) sepantasnya, yaitu (secara spesifik) suatu
kontrak (suatu wasiat yang dirancang dengan baik secara khusus): - perjanjian / akad, surat wasiat.

Adalah logika yang umum bahwa jika seseorang pergi ke pengacara dan memintanya untuk menyusun wasiat baru atau untuk membuat perubahan-perubahan pada wasiat yang ada saat ini, maka wasiat yang lama menjadi tidak valid. Dengan cara yang sama Allah menarik Wasiat Lama-Nya, namun kemudian mendirikan satu wasiat yang baru untuk menggantikannya! Kita akan membuka kitab suci untuk membuktikan ini secepatnya.

Dalam Kejadian 12, 15, 17 dan 22 kita melihat Allah menyatakan akad / wasiat dengan Abraham. Hal ini penting untuk memahami bahwa pada awalnya satu-satunya ahli waris wasiat ini adalah Abraham dan keturunannya alamiahnya, yang disebut Ibrani, yang kemudian juga dikenal sebagai Israel dan kemudian masih disebut orang Yahudi. Warisan yang Allah berikan kepada mereka adalah Tanah Perjanjian, suatu wilayah geografis yang disebut Kanaan.

Singkatnya ini adalah seluruh Wasiat Lama. Baik orang Filistin, Asyur, Mesir maupun bangsa lainnya tidak menjadi ahli waris Wasiat Lama, karena kita melihat Allah dalam banyak kasus bertindak melawan negara- negara ini dalam perkenanan-Nya atas Israel - satu-satunya bangsa yang mewarisi Wasiat Lama.

Musa kemudian juga menjadi mediator dari Akad Lama yang dibuat antara Allah dan bangsa Israel. Allah memberi mereka hukum Taurat yang menegakkan Akad Lama dan disahkan oleh darah hewan kurban:

Itulah sebabnya, maka akad yang pertama tidak  disahkan tanpa darah. Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, sambil berkata: "Inilah darah akad yang ditetapkan Allah bagi kamu." (Ibr 9:18-20)

Darah Yesus yang Superio
Dalam Ibrani 9 kita melihat suatu kontras yang sebenarnya yang ditarik antara darah hewan (yang pada
intinya menjaga Akad Lama tetap hidup) dengan darah Yesus, "binatang" spiritual (apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa Yesus disebut Anak Domba Allah) yang dikurbankan satu kali untuk semua korban dosa yang sempurna:

Sebab,  jika  darah  domba  jantan  dan  darah  lembu  jantan  dan  percikan  abu  lembu  muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (Ibr 9:13-14) Darah dari kambing dan sapi jantan serta abu dari kurban anak sapi, dipakai untuk memerciki orang-orang yang najis menurut peraturan agama supaya mereka menjadi bersih. Nah, kalau darah dan abu itu dapat membersihkan kenajisan orang-orang itu, apalagi darah Kristus! Melalui Roh yang abadi, Kristus mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai kurban yang sempurna. Darah-Nya membersihkan hati nurani kita dari upacara agama yang tidak berguna, supaya kita dapat melayani Allah yang hidup. (Ibr 9:13-14, BIS)

Dan juga dalam Ibrani 10 
Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. (Ibr 10:11-14)


Semua Bangsa Termasuk Dalam Akad Baru

Kemudian dalam Galatia 3 kita melihat bahwa Tuhan membuat suatu Wasiat Baru yang menarik semua bangsa di bumi ke dalam akad yang dibuat Allah dengan Abraham:

Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. (Gal 3:16)

Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima (NKJV: ahli waris) janji Allah. (Gal 3:28-29)

Di bawah Wasiat Lama tidak ada satupun perintah yang diberikan kepada Israel untuk menyebarkan dan memberitakan Injil kepada setiap bangsa lain di bumi, karena hanya Israel yang menjadi ahli waris Wasiat Lama. Tetapi di bawah Wasiat Baru dalam Matius 28:19 (setelah salib) kita memiliki amanat agung di mana para murid diperintahkan untuk membawa Injil kepada semua bangsa. Yesus menjadi mediator dari satu Akad atau Wasiat / Perjanjian Baru, yang menuliskannya dalam darah-Nya sendiri (bukan darah hewan):

Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu akad yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian (NKJV: warisan) kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama akad yang pertama. (Ibr 9:15, penekanan ditambahkan) ≈ Itulah sebabnya Kristus menjadi Pengantara untuk suatu akad yang baru, supaya orang yang sudah dipanggil oleh Allah dapat menerima berkat-berkat abadi yang telah dijanjikan oleh Allah. Semuanya itu dapat terjadi karena sudah ada yang mati, yaitu Kristus; dan kematian-Nya itu membebaskan  orang  dari  kesalahan-kesalahan  yang  mereka  lakukan  pada  waktu  akad  yang pertama masih berlaku. (Ibr 9:15 BIS, penekanan ditambahkan)


Kapankah suatu Wasiat Berlaku?

Sebuah wasiat hanya memiliki kuasa bila seseorang meninggal. Pada dasarnya ahli waris tidak dapat mewarisi jika pembuat warisan (orang yang menulis surat wasiat) itu masih hidup.

Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah sah (BIS: berlaku), kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. (Ibr 9:16-17, penjelasan penerjemahan ditambahkan)

Sekarang pertimbangkanlah ini: Selama 30 tahun atau lebih Yesus hidup di bumi dan tiga tahun Dia melayani sebelum Dia mati, di bawah wasiat yang manakah Dia hidup? Di bawah Wasiat Lama tentu saja! Dia masih hidup dan kita baru saja melihat dalam dua ayat sebelumnya bahwa suatu wasiat tidak berlaku selagi orang yang menulisnya masih hidup.

Beberapa orang mengklaim bahwa mereka masih harus mematuhi Hukum Taurat Perjanjian Lama semata- mata karena Yesus melakukannya. Yah, Yesus harus menaatinya karena Dia lahir di bawah Perjanjian Lama itu dan harus memenuhinya!

Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada (GNB: hidup di bawah) hukum Taurat. (Gal 4:4)

Selama waktu-Nya di bumi kita tidak pernah melihat Yesus memberitakan Injil Kerajaan kepada siapa pun selain kepada orang-orang Yahudi, karena Ia masih hidup di bawah Wasiat Lama dan Dia tidak diizinkan untuk membagi warisan Israel manapun dengan orang-orang non Yahudi. Meskipun begitu satu waktu kita melihat Yesus menjelajah ke suatu wilayah geografis di luar Galilea dan datanglah seorang wanita Kanaan, yang bukan orang Yahudi:

Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Tetapi perempuan itu  mendekat dan  menyembah Dia  sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:21-28)

Pada intinya wanita itu berkata: "Tuhan, jika ada surplus dari berkat Tuhan, tolonglah aku!" Dan karena iman wanita ini dicangkokkan ke dalam Akad Baru bahkan sebelum tiba saatnya bagi bangsa-bangsa lain untuk mendapat bagian! Kita juga melihat beberapa contoh-contoh serupa lainnya dalam Alkitab seperti Rahab, pelacur yang menyembunyikan mata-mata di Jericho, Ruth orang Moab, Naaman orang Siria yang ditahirkan dari kusta setelah mandi tujuh kali di Sungai Yordan sesuai instruksi Elia, dll. Dengan iman orang-orang ini melampaui waktu dan menerima warisan mereka jauh sebelum itu benar-benar menjadi milik mereka.


Jadi Kapankah Wasiat Lama Benar-benar Berakhir?

Penyaliban dan kematian Yesus Kristus digambarkan dalam Matius 27, Markus 15, Lukas 23 dan Yohanes
19. Jika kita ambil misalnya kitab Matius dan perhatikanlah bahwa pasal 27 adalah di mana Wasiat Baru mulai berlaku (karena di sinilah Yesus mati), ini berarti bahwa segala sesuatu sebelum Matt 27 adalah Wasiat Lama karena Wasiat Baru belum didirikan! Oleh karena itu sesuai dengan validitas hukumnya Wasiat Baru sebenarnya baru dimulai dalam Matius 27 (dan Markus 15, Lukas 23 dan Yohanes 19, setelah penyaliban). Segala sesuatu yang ada sebelum pasal-pasal ini adalah Wasiat Lama.

Jadi jika Wasiat Baru dimulai di Golgota dengan kematian Yesus Kristus (ingatlah Ibrani 9:16-17 di atas), itu berarti bahwa Wasiat Lama seharusnya telah dibatalkan di suatu tempat sebelum itu. Tuhan tidak akan hanya meninggalkan suatu akad menggantung di udara. Dan jika Dia benar-benar mengakhiri Akad Lama, maka tidak ada lagi alasan untuk menginginkan hidup di bawah Hukum Taurat Perjanjian Lama. Kita menemukan satu nubuat yang berkaitan dengan ini ditulis oleh Nabi Zakharia di sekitar 520 SM. Kita akan berbagi cerita yang terjalin dalam ayat-ayat suci:

Allah adalah gembala domba-domba Israel di bawah Akad Lama, yang menjaga mereka dengan tongkat- Nya yang Dia sebut "Kemurahan (atau Perkenanan)" (dan satu lagi disebut "Ikatan (atau Kesatuan)").

Maka aku menggembalakan domba-domba sembelihan itu untuk pedagang-pedagang domba. Aku mengambil dua tongkat: yang satu kusebutkan "Kemurahan" dan yang lain kusebutkan "Ikatan"; lalu aku menggembalakan domba-domba itu. (Za 11:7)

Tongkat yang disebut "Kemurahan (atau Perkenanan)" melambangkan akad yang Dia telah buat dengan bangsa Israel. Masalah dengan kawanan domba ini adalah bahwa mereka terus menyembah berhala dan

bertahan dalam pemberontakan melawan Gembala mereka. Sekarang Gembala itu telah hampir berkata sudah cukup dan mengatakan kepada mereka bahwa dia akan berhenti.

Lalu aku berkata: "Aku tidak mau lagi menggembalakan kamu; yang hendak mati, biarlah mati; yang hendak lenyap, biarlah lenyap, dan yang masih tinggal itu, biarlah masing-masing memakan daging temannya!" (Za 11:9)

Dia juga meminta agar mereka membayar-Nya untuk pelayanan yang telah Ia berikan, tetapi jika mereka tidak mau membayar-Nya biarlah mereka hanya pergi saja.

Lalu aku berkata kepada mereka: "Jika itu kamu anggap baik, berikanlah upahku, dan jika tidak, biarkanlah!" Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak. (Za 11:12)

Dan pada hari ketika Yesus dikhianati untuk tiga puluh keping perak oleh Yudas Iskariot, Allah mematahkan tongkat-Nya dan mengakhiri akad yang Dia telah buat dengan Israel.

Aku mengambil tongkatku "Kemurahan", lalu mematahkannya untuk membatalkan perjanjian yang telah kuikat dengan segala bangsa. (Zak 11:10)

Jika kita melihat konteks Zakharia 11 kita akan melihat "segala bangsa" hanya mengacu kepada Israel dan Yehuda.

Kemudian aku mematahkan tongkat yang kedua, yaitu "Ikatan", untuk meniadakan persaudaraan antara Yehuda dan Israel. (Zak 11:14)

Sekarang inilah suatu mutiara sejati: Lebih dari lima ratus tahun sebelum Kristus dikhianati, nabi Zakharia mengucapkan kata-kata ini:

Tetapi  berfirmanlah  TUHAN  kepadaku:  "Serahkanlah  itu  kepada  penuang  logam!"--  nilai  tinggi (NKJV: harga pangeran) yang ditaksir mereka bagiku. Lalu aku mengambil ketiga puluh uang perak itu dan menyerahkannya kepada penuang logam di rumah TUHAN. (Zak 11:13, penjelasan penerjemahan ditambahkan)

Tiga puluh keping perak adalah harga yang disepakati secara umum untuk dibayarkan kepada pemilik jika budaknya terluka saat bekerja untuk orang lain dan itulah juga harga untuk Yesus dikhianati oleh Yudas Iskariot. Jadi kita melihat Allah secara sinis mengatakan bahwa mereka membayar suatu "harga pangeran" bagi-Nya. Anak Allah dikhianati untuk harga seorang budak terluka! Dan kemudian kita melihat ayat berikut dalam Matius 27 (perhatikan bagian tentang " tukang periuk"):

Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah." Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. (Mat 27:3-7)

Lihatlah Zak 11:13 di atas sekali lagi - nubuatan itu bahkan menggambarkan tanah tukang periuk!

Oleh karena itu kita mengerti bahwa Akad Lama berakhir ketika Yesus dikhianati untuk tiga puluh keping perak dan di alam roh mematahkan tongkat-Nya yang melambangkan akad-Nya dengan Israel. Tapi puji bagi Allah karena hanya beberapa jam kemudian Dia menulis Akad Baru dengan darah-Nya sendiri, suatu Akad yang mencakup semua bangsa di bumi dan memungkinkan kita untuk menjadi anak-anak-Nya dan ahli-ahli waris melalui iman dalam pengorbanan Yesus Kristus!

Popular posts from this blog

Kedewasaan Iman

VISI dan MISI Grace of Christ Community Church

Nama Yesus adalah Kekuatan dan Kuasa bagi kita