TIGA PERJANJIAN / AKAD (BAGIAN 2)
Akad Kedua
Ini dijelaskan dalam Alkitab sebagai "Akad Lama",
di mana Allah memberikan hukum Taurat dan 10 Perintah
kepada Musa.
Israel terus mengeluh dan bersungut-sungut bahkan sejak Tuhan memimpin mereka keluar dari Mesir
dengan tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban
yang dahsyat. Mereka juga tidak ingin memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, melainkan
selalu meminta Musa berbicara kepada Allah atas nama mereka. Mereka
tidak nyaman untuk "berurusan" dengan Tuhan secara pribadi dan lebih memilih untuk tetap berada di kejauhan. Meskipun semua kebaikan yang Tuhan telah tunjukkan
kepada mereka, mereka selalu terus
mengeluh dan bersungut-sungut, bahkan mengatakan bahwa Tuhan dan Musa ingin membunuh mereka!
…dan [Israel] berkata kepada mereka, “Ah, kalau kami mati tadinya di Mesir oleh tangan TUHAN
ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu
membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh
semua jemaah ini dengan kelaparan.”
(Kel 16:3, penjelasan ditambahkan penerjemah)
Tragedinya adalah bahwa dalam Keluaran 15
(pasal sebelumnya) Israel baru saja menyanyikan lagu tentang kebaikan Allah dan bagaimana Ia
sudah membebaskan mereka dari orang-orang Mesir ketika air Laut Merah menutupi mereka. Dan di sini tepat di pasal berikutnya mereka menuduh Dia ingin membunuh mereka!
Hal ini terjadi lagi dan lagi, dari waktu ke waktu. Akhirnya, karena Israel menolak untuk
percaya bahwa Allah berada di pihak mereka, Ia memberi mereka hukum Taurat dan semua perintah lain untuk ditaati, sesuatu yang tidak memerlukan iman apapun dari sisi mereka (iman akan kebaikan Allah):
Diambilnya[Musa]lah Kitab Akad itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh
bangsa itu dan mereka berkata: “Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan.”
Kemudian Musa
mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: “Inilah darah Akad yang
diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.” (Kel 24:7-8, penjelasan
ditambahkan) ≈ Kemudian diambilnya [Musa] buku akad yang bertuliskan perintah-perintah TUHAN,
dan dibacakannya dengan suara nyaring bagi bangsa itu. Kata
mereka, “Kami mau mentaati TUHAN, dan
melakukan segala perintah-Nya.” Lalu Musa mengambil darah yang ada di dalam baskom-
baskom itu dan menyiramkannya
ke atas rakyat. Katanya, “Darah ini meneguhkan akad yang diikat
TUHAN dengan kamu berdasarkan
perintah-perintah-Nya.” (Kel 24:7-8 BIS, penjelasan
ditambahkan)
Dosa Ketidakpercayaan
Dalam Galatia 3 kita membaca lebih lanjut mengapa hukum itu diberikan kepada Israel:
Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran- pelanggaran – sampai datang Keturunan yang dimaksud oleh janji itu. (Gal 3:19a) ≈ Kalau begitu, untuk apa hukum agama diberikan? Jawabnya ialah bahwa hukum itu ditambahkan
untuk menyatakan pelanggaran manusia. Hukum agama itu berlaku hanya sampai datangnya seorang keturunan Abraham, yang disebut di dalam janji Allah kepada Abraham. (Gal 3:19a, BIS)
Pelanggaran Israel adalah ketidakpercayaan
mereka yang terus-menerus akan kebaikan Allah. Mereka
secara membabi buta menolak
mengakui bahwa
Allah ingin
memberkati mereka, mencintai
mereka,
merawat mereka dan menjadi Allah mereka. Jadi hukum Taurat diberikan kepada mereka, tetapi hanya
untuk suatu jangka waktu tertentu. Allah sudah punya suatu rancangan agung untuk memulihkan umat manusia
kembali
ke dalam hubungan yang erat dengan diri-Nya dan Dia tahu bahwa Akad Hukum Lama hanya akan berkuasa sampai Keturunan itu
datang. Keturunan ini tentu saja, adalah Yesus Kristus.
Siapakah yang membangkitkan amarah Allah, sekalipun mereka mendengar suara-Nya? Bukankah mereka semua yang telah keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa? Dan siapakah
yang Ia [Allah] murkai empat puluh tahun lamanya? Bukankah mereka yang berbuat dosa dan yang mayatnya bergelimpangan di padang gurun? Dan siapakah yang telah Ia [Allah] sumpahi, bahwa mereka tidak akan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? (Ibr 3:16-19 NKJV, penjelasan ditambahkan)
Perhatikan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang "orang-orang yang berdosa" dan "mereka tidak dapat masuk
oleh karena ketidakpercayaan mereka" (masih berbicara tentang orang-orang yang sama, yaitu Israel).
Israel seharusnya tidak pernah setuju untuk hidup di bawah hukum Taurat itu! Allah akan menerima
dan mencintai mereka tanpa peduli bagaimana kudusnya (atau tidak kudusnya) mereka hidup, karena mereka
adalah keturunan Abraham dan kita baru membaca tentang akad Allah
yang menakjubkan dengan
Abraham. Allah menyatakan Abraham sebagai orang benar hanya karena ia mempercayai Allah:
Lalu percayalah Abram [Abraham] kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan
hal
itu kepadanya sebagai kebenaran. (Kej 15:6, penjelasan ditambahkan)
Tapi sebaliknya, Israel mengatakan dalam kesombongan
mereka:
“Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan (ESV: taati)” (Kel 24:7b)
“Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan
hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruhbangsa itu haruslah berkata: Amin!” (Ul 27:26)
Mereka setuju untuk sesuatu yang mereka tidak akan pernah mampu lakukan! Ini pasti mencapai
peringkat Taman Eden dalam daftar semua hal-hal terbodoh sepanjang waktu yang telah dikatakan atau dilakukan manusia. Bahkan Tuhan berkata tentang mereka:
Lagi firman TUHAN kepada Musa: “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu
bangsa yang tegar tengkuk. (Kel 32:9) ≈ Aku tahu bahwa bangsa itu amat keras kepala. (Kel 32:9,
BIS)
Tuhan pada
awalnya
tidak pernah bermaksud agar kita mencoba berhubungan dengan-Nya dengan cara
ini.
Baru saja perintah-perintah Allah ditulis di atas batu dan Dia menetapkan pilihan atas kutukan (untuk
ketidaktaatan) atau berkat (karena ketaatan)
bagi Israel, Dia mengatakan hal berikut kepada Musa:
TUHAN berfirman kepada Musa: “Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian
bersama-sama
dengan nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri, kemana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan mengingkari
akad-Ku yang Kuikat dengan mereka. (Ul 31:16)
Apakah ini terlihat sebagai
rencana Allah yang terbaik bagi umat manusia? Jika bahkan Allah sendiri
mengatakan bahwa Dia tahu Israel akan melanggar Hukum Akad Lama itu, apakah benar-benar tampak
logis bahwa Dia masih ingin orang-orang mendasarkan
hubungan mereka dengan Dia atas dasar seberapa baik mereka dapat
mematuhi seperangkat aturan?
Karakteristik Suatu Akad
Salah satu karakteristik dari suatu akad adalah bahwa akad itu tidak dapat ditarik dari oleh salah satu pihak
yang membuatnya, karena akad adalah suatu kontrak atau persetujuan seumur hidup. Agar suatu akad
berakhir, salah satu
dari
pihak-pihak yang
termasuk di dalamnya benar-benar harus mati. Karena Israel tidak
pernah dapat sepenuhnya
menaati sisi akad mereka dan tetap 100% taat kepada semua ketentuannya,
mereka
melanggar persyaratannya yang berarti bahwa Allah harus menaati sisi akad-Nya dan menghukum
mereka karena ketidaktaatan mereka.
Semua kutukan mengerikan yang akan menimpa Israel karena ketidakpatuhan dapat ditemukan dalam
Ulangan
28:15-68. Jika Tuhan tidak menghukum mereka karena dosa-dosa mereka, Dia akan
berada dalam pelanggaran
sisi akad-Nya, dan dengan demikian membuat Dia menjadi pendusta dan tentu saja kita tahu bahwa Allah tidak dapat
berbohong.
Ada juga masalah lain: Karena Allah memiliki kehidupan yang tak terhancurkan, Dia tidak bisa mengakhiri
akad
ini dengan mati sendiri. Oleh karena itu Roh-Nya mengandung seorang anak melalui seorang
manusia perempuan dan dilahirkanlah manusia Yesus Kristus ke dalam dunia ini. Yesus Kristus menjalani kehidupan
ketaatan secara sempurna 100%, sehingga memenuhi semua persyaratan-persyaratan dari Hukum Taurat Akad Lama, yang membawa kita ke Akad ketiga: