APAKAH KONON TERJADI PENGUBAHAN KITAB SUCI INJIL ?
Pengakuan Tokoh-tokoh Islam dan Kesaksian Sejarah
Tuduhan bahwa teks firman Tuhan telah sengaja diubah dinamakan “Tahrif-i-lafzi”. Banyak orang Muslim terbawa-bawa pengaruh polemik Islam Abad Pertengahan ini, yang sebenarnya tanpa dasar yang kuat dan tanpa bukti-bukti yang kokoh. Tahukah anda bahwa terdapat tokoh-tokoh dan pemikir Islam yang sudah mengkaji dan berpikir dakwaan ini semasak-masaknya? Tokoh-tokoh ini mengakui bahwa dakwaan terhadap umat Yahudi maupun Kristen ini tidak dapat dibuktikan ! Misalnya Tuan Sayyid Ahmad Khan, Pendiri College Aligarh, Pakistan, telah menulis bahwa :
“Pada pendapat kami para Muslim, tidak ada bukti apapun bahwa korupsi teks Kitab-kitab Suci (‘tahrif-i-lafzi’) telah terjadi.”
Tuan Sayyid ini mengatakan bahwa ada dua tokoh Islam yang mendukung pernyataan beliau, yaitu : Imam Bukhari dan Fakharuddin Razi .
Fakharuddin Razi mengutip dari Ibni Abbas, seorang keponakan Nabi Muhammad, bahwa:
“Umat Yahudi dan umat Kristen awalnya disangka mengubah teks Taurat dan Injil. Tetapi menurut pendapat tokoh-tokoh dan ulama Islam, perbuatan ini adalah tidak mungkin, karena Kitab-kitab itu sudah pun diketahui khalayak umum dan sudah tersebar luas. Juga telah diwarisi oleh satu generasi ke generasi yang berikutnya.”
Kesaksian ini benar. Dan terdapat bukti-bukti kokoh yang menyokong penyataan ini.
Kami minta para pembaca untuk menyediakan cukup waktu untuk berpikir dan merenung sejujur-jujurnya. Jika seekor induk ayam yang sudah bertelur dengan cepat meninggalkan telur-telurnya, tidak mungkinlah telur-telur itu akan menetas.
Dalam ungkapan yang sama, kita yang tidak mau meneliti keseluruhan fakta-fakta dan bukti dengan sungguh-sungguh, tidak akan mencapai hakikat yang sebenarnya.
Kita mulai dengan meneliti pengakuan-pengakuan dari tokoh-tokoh Islam.
Pengakuan tokoh-tokoh dan ulama Islam
Muhammad Abduh (Mesir 1849-1905) mengakui bahwa :
“Tuduhan korupsi teks Kitab Injil sesungguhnya tidak berdasar sama sekali. Adalah MUSTAHIL bagi umat Yahudi dan Kristen di seluruh wilayah untuk berkomplot dan bersatu mengubah teks Kitab-kitab Suci mereka. Walau pun seandainya mereka di tanah Arab telah melakukannya, perbedaan di antara kitab-kitab mereka dan kitab-kitab umat Nasrani Kristen di tempat lain-misalnya di Eropa akan berbeda dengan begitu jelas dan nyata.”
Muhammad Abduh adalah seorang tokoh ilmu tauhid yang mengajar di Universiti Al-Azhar di Kaherah, Mesir.
Maulawi Muhammad Said (Pakistan) telah berkata :
“Ada orang Muslim yang beranggapan bahwa Kitab Injil telah diubah. Tetapi sebaliknya TIDAK SATU AYAT AL-QURAN PUN yang menyatakan Kitab Injil atau Taurat telah terkorupsi. Ada ayat-ayat yang mengatakan orang Yahudi telah menukar maksud dan makna suatu ayat sewaktu memberi keterangan mereka -tetapi BUKAN umat Kristen yang telah buat korupsi begitu! Jadi, umat Kristen adalah tidak bersalah dari tuduhan ini! Kesimpulannya, teks Injil dan Taurat tidaklah diubah.”

Sayyid Ahmad Husayn Shawkat Mirthi :
“Umat Islam telah diperdayai oleh kabar angin yang mengatakan : kononnya Kitab Injil telah diubah/terkorup. Tetapi mereka tidak dapat membuktikan ayat mana saja yang telah diubah, kapan waktunya, dan siapakah yang melakukannya.
Adakah umat manusia di muka bumi ini yang begitu terkutuk sehingga mereka mampu menghapus Kitab Allah mereka dengan tangan mereka sendiri..?? Dakwaan bahwa Tuhan telah memansuhkan Kitab Injil dan Taurat serta mengembalikan kedua-duanya ke surga adalah satu tindakan mendustai dan mengingkari Allah.”
Sesungguhnya terdapat banyak tokoh dan pemikir Islam lainnya yang telah menerima dan mengakui kesahihan teks Injil dan Perjanjian Baru. Menampilkan nama-nama mereka di sini adalah sesuai dengan tujuan tulisan ini. Kesaksian mereka membuktikan bahwa dialog di antara para Muslim dan Kristen tidak usah dibelenggu lagi oleh tuduhan yang telah dipelopori Ibn-Khazem -seorang pembuat polemik Islam di abad pertengahan.
Dua ahli sejarah Islam yang terkenal, Al-Mas’udi (meninggal 956) dan Ibn-Khaldun (meninggal 1406 ) telah berpegang pada kesahihan teks Injil.
Empat orang ahli ulama yang terkenal pun telah menyetujui sikap ini: Ali at-Tabari (meninggal 855), Qasim al-Khasani (meninggal 860), Amr al-Ghakhiz (869) dan tokoh yang ternama, imam Al-Ghazzali (1111).
Pandangan ini disokong pula oleh Abu Ali Husain Ibn Sina, yang lebih dikenal Barat sebagai ‘Avicenna’ (meninggal 1037 ).
Al-Bukhari (.870 T.M.) yang terkenal karena mengumpulkan hadith-hadith permulaan, telah mengambil dari Al-Qur’an sendiri (Surah Ali-Imran 3 ay.72,78) untuk membuktikan bahwa teks Al-Kitab Al-Mukaddis, yakni Kitab Injil, tidak pernah dipalsukan.
Terakhir, seorang tokoh Muslim terkemuka di zaman modern, Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad Khan, seorang ‘ulama Islam modern’ yang memulai pembaharuan sosial pada era modern ini, telah menerima keputusan-keputusan sains modern. Beliau telah berkata:
“Berkaitan dengan teks Al-Kitab (Bible), sama sekali tidak mengalami perubahan apapun. Juga tidak ada seorangpun yang dapat mengemukakan sesuatu teks (alternatif) yang berbeda sebagai teks yang sahih”.

Bersyukurlah kepada Tuhan karena kesaksian yang jujur tokoh-tokoh ini!
Jadi, apakah konon terjadi pemalsuan Kitab Suci Injil ?
Untuk mencari jawaban yang bisa dipercaya bagi persoalan ini, Umat Kristen berhak bertanya beberapa masalah penting yang berkaitan dan berhubungan dengan perkara pokok tersebut. Yaitu :
  1. Jika konon Al-Kitab mereka pernah diubah, kapankah, dimanakah dan bagaimanakah kejadiannya ?
  2. Seandainya Isa Al-Masih sudah mengambil Kitab Suci Injil, dan membawa kembali bersama Dia ke Surga, kononnya, apakah tujuan kedatanganNya sebelum itu ?
  3. Mengapa umat Manusia terabaikan tanpa bimbingan apapun sampai munculnya Muhammad, karena konon ‘kehilangan Kitab Suci Injil’ itu ?
  4. Al-Quran sendiri telah mengakui bahwa Isa Al-Masih “telah belajar Taurat dan Injilnya” menurut Surah 5 ayat 11. Dari pengakuan ini, serta nas-nas Al-Quran lainnya menunjukkan bahwa kedua Kitab Taurat dan Injil bukan saja terdapat dan ada dalam zaman nabi Muhammad, malah telah dibaca dan diimani oleh umat Kristen sebelum zaman beliau. Jadi, jika terdapat perubahan dalam kitab-kitab tersebut, itu harus terjadi setelah wafatnya Muhammad.
  5. Apakah Allah itu tidak berkuasa atas firman-Nya? Mengapa dibenarkan ciptaan-Nya sehingga dapat mengubah dan bernukar-nukar firman Tuhan yang bergelar “Maha Kuasa” itu !? Sudah jelas dengan alasan tersebut, ciptaan Tuhan (Manusia) memiliki kuasa yang lebih besar dan berupaya untuk meniadakan dan mengubah kata-kata Tuhan-Penciptanya!
  6. Bagaimana pula dengan natz Al-Quran yang menuntut bahwa ‘Tiada yang mengubah kalimat-Nya’ Surah 6/115, atau ‘Tiada bertukar-tukar kalimat (firman) Allah..’ – surah 10/64 dan ‘Kami (Tuhan) memeliharanya (firmanNya) (dari segala perubahan).’ – surah 15/9. Jelaslah alasan teori ‘pengubahan pada teks Injil sebagai firman Allah’ itu berseberangan dan bertentangan secara langsung dengan natz Al-Quran.
Walau bagaimanapun, penelitian yang ringkas atas sejarah kitab-kitab tersebut akan dengan jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci umat Yahudi dan Kristen pada zaman nabi Islam Muhammad ADALAH SAMA DENGAN KITAB-KITAB SUCI YANG TELAH MEREKA MILIKI SEBELUM kemunculan Nabi Islam.
Pengkajian menurut sumber-sumber sejarah selanjutnya akan dengan jelas membuktikan kesahihan Kitab Al-Mukaddis yakni Kitab Suci Injil, yang terpelihara dari berbagai ‘korupsi’ dan pengubahan..
Pada tahun 90 M, lebih dari lima ratus tahun sebelum turunnya Al-Quran, alim-ulama agama Yahudi telah bersidang di Sinod (Majelis) Jamnia. Di sini mereka telah mengesahkan dan menegakkan kitab-kitab Taurat, Mazmur dan Nabi-nabi sebagai sah dan berwibawa, tidak tercemar oleh pemalsuan atau pengubahan tangan manusia. Sudah terbukti pada abad itu bahwa Kitab Taurat tidak mengalami perubahan apapun dan ini disokong dengan penemuan Skrol-skrol (naskah) Laut Mati pada tahun 1947 yang telah dikaji/diselidiki dengan mendalam dan lama.
Umat Samaria (Samaritans) yang telah ada di tanah Palestina dan Jordania turun-temurun hingga hari ini, hanya mengakui Taurat sebagai Kitab berwibawa dan sah. Mereka tidak menerima Kitab apapun yang ditulis setelah tahun 722, yakni tahun kejatuhan Kota Samaria. Ini berarti Kitab Pentateukh yaitu Taurat yang ada pada kita hari ini sudah ada pada kurun itu. Sinod Jamnia telah menolak segala naskah  Kitabiah yang ditulis setelah tahun 400 SM. – Ini berarti semua Kitab-kitab, buku-buku dan tulisan dalam Perjanjian Lama (Old Testament) Al-Kitab sudah ada, diakui dan disahkan Umat Yahudi pada tahun 90 M..
Tidak ada bukti yang menunjukkan kelompok mana umat Yahudi sampai ke era Kristen yang mempersoalkan kesahihan Perjanjian Lama dalam Al-Kitab. Sebaliknya, Isa al-Masih sendiri mendukung kesahihan Perjanjian Lama dalam kata-kata Beliau sebagai berikut :
“Lalu Ia (Isa) menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 

Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.” (Lukas 24 : 27 & 44)
Tidak terdapat dalil langsung yang menunjukkan kelompok mana orang Yahudi di Palestina pada zaman Kristen – yakni pada zaman Almasih, yang telah mencurigai dan meragukan kewibawaan Taurat (Perjanjian Lama); bandingkan dengan kata-kata Isa sendiri di atas. Hakikatnya : Injil bersaksi bahwa Dia adalah kegenapan semua nubuat-nubuat dan ramalan yang terdapat di dalam Taurat (Perjanjian Lama). Ini saja sudah menunjukkan bahwa kewibawaan Taurat telah diterima dan diakui dengan jelas di kalangan umat Yahudi, pada abad pertama Tahun Masehi. Jika ada tindakan pengubahan Kitab Taurat di zaman itu, sudah tentu umat Kristen akan menyatakannya sebagai penyelewengan, demikian juga sebaliknya.
Berkaitan dengan Injil (Perjanjian Baru dalam Alkitab), tidak ada bukti-bukti yang kokoh atau meyakinkan yang dapat menunjukkan pemalsuan atau perubahan yang telah dilakukan atas Kitab Injil oleh siapa, di mana, kapan Injil telah diubah, dan bagaimana perubahan-perubahan tersebut telah terjadi. Satu lagi hakikat yang amat menarik juga adalah kelompok bidah Arian sendiri tidak pernah membuat bantahan atau tuduhan-tuduhan itu. Walaupun mereka bisa membuat tuduhan tersebut baik pada persidangan Majelis Nicea pada tahun 325 maupun di persidangan Majelis Chalcedon pada tahun 451 M ! Akan tetapi mereka tidak pernah melakukan seperti itu !
Naskah Kitab Suci Injil yang tertua hari ini adalah koleksi papyrus yang berisi Injil Yohanes 18, berasal dari Mesir. Kini naskah itu disimpan di Perpustakaan John Rylands, Manchester University. Koleksi ini bertarikh pada tahun 135 Masehi.
Keseluruhan dua-puluh tujuh Kitab yang dikenal sebagai Perjanjian Baru hari ini, sudah lengkap pula dan tergabung sebagai satu Kitab sebelum akhir abad kedua Masehi.
Ada 3 hakikat penting yang harus diambil oleh siapapun yang mengkaji sejarah naskah-naskah Kitab Suci Injil :
  1. Banyak dari generasi awal mula umat Kristen – para murid dan pengikut-pengikut pertama Isa Al-Masih, masih HIDUP pada permulaan Abad Masehi yang kedua, dan juga sudah tentu, anak-anak mereka. Mereka semua ini adalah saksi-saksi hidup dari pengajaran dan kehidupan Isa Almasih. Jika terdapat apapun penyelewengan dalam catatan ajaran, kehidupan dan peristiwa-peristiwa yang menyusul bersamaan Isa Almasih itu, sudah tentu bantahan-bantahan akan dilakukan oleh saksi-saksi hidup ini!
  2. Kitab-kitab ini, termasuk salinan-salinannya, sudah tersebar luas di sekitar jajahan-jajahan di sekeliling Laut Mediterrania. Jika terdapat apapun penyelewengan pada isi Kitab Suci Injil, sudah pasti mereka akan dapat diketahui oleh umat-umat dan pengikut Kristen di kawasan-kawasan yang lain.
  3. Seandainya umat Kristen mula-mula telah menyelewengkan ajaran Isa yang asli, dan menyebarkan penyelewengan mereka sendiri, mereka akan terpaksa merahasiakan ajaran Isa yang asli ini. Untuk sampai di sini, sekurang-kurangnya mereka memerlukan persengkongkolan dengan penjajah di zaman itu! Sebaliknya, umat Kristen pada abad pertama sampai ke abad ketiga, tidak pernah menerima pertolongan apapun dari kekuatan Roma di zaman mereka, tetapi sebaliknya, mereka telah dianiaya dan ditindas sekeras-kerasnya di bawah Kekaisaran Roma. Bukan saja umat Kristen tidak menerima pertolongan apapun atau ‘dukungan’ dari kerajaan Roma, ajaran Injil umat Kristen begitu berlawanan dengan agama Roma dengan berhala-berhala dan penyembahan Kaisar mereka. Sesungguhnya catatan sejarah lewat Gubernur Pliny, seorang Gubernur Roma di jajahan Bythinia (kini Turki), mencatat pada tahun 112 Masehi, umat Kristen telah mengakui keTuhanan Isa Almasih sejak angkatan pertama. Ini cocok dan sesuai dengan ajaran-ajaran Injil. Jelas pula bahwa Kitab Suci Injil sudah dikenali luas dan diketahui ajaran-ajarannya pada akhir abad yang pertama Tahun Masehi.
Jadi, tidak bergunalah bagi segelintir penafsir-penafsir Islam untuk mengutuk dan membawa berbagai tuduhan atas Kitab Suci Injil dan kesahihannya. Sudah jelas bahwa kesaksian sejarah dan kebenaran tidak memihak kepada mereka. Tokoh-tokoh Islam lain yang lebih berwawasan dan memiliki kebijaksanaan, sama sekali tidak setuju dengan pendapat-pendapat miring dan sempit dari mereka. Nama beberapa tokoh-tokoh Islam tersebut ada disebutkan di awal tulisan ini. Sudah jelas bahwa tuduhan-tuduhan pendakwah itu adalah tidak berdasar, tidak bermunasab dan juga sangat benar-banar sejarah.



Popular posts from this blog

Kedewasaan Iman

VISI dan MISI Grace of Christ Community Church

Nama Yesus adalah Kekuatan dan Kuasa bagi kita